Cari Blog Ini

Minggu, 05 April 2020

Bu, Aku Khawatir

Oleh: Sandal jepit

Saat ini aku ingin mengikuti lomba cerpen yang bertemakan “ibuku, surgaku”. Namun hingga detik ini aku tak tahu apa yang harus kutulis di paper laptopku dan seakan tanganku bingung akan kemana ia menari untuk menggoreskan kata-kata tentang “seorang ibu” tentang semua kehebatannya, aku merasa semua sikap kasih dan sayangnya bahkan semua cerita tentang cintanya yang tak bisa kuungkapkan melalui kata-kata yang kurangkai baik dalam sebuah cerita pendek bertema Ibu, Okelah akan ku coba. 

Ohh iya, sebelumnya perkenalkan namaku Aidin Nuriyah biasanya di lingkungan sekitar sekolah semua memanggilku dengan sebutan  aid, namun khusus Ibuku beliau memanggilku dengan Nur, yaa itulah ibuku. Salah satu ciri khas yang membedakanya dengan orang lain ialah selalu manggilku dengan panggilan yang berbeda dengan orang lain, padahal beliau menyuruh orang untuk memanggilku aid namun ibuku sendiri memanggilku dengan kata Nur.

Hari ini adalah hari Senin, hari dimana aku harus berangkat pagi dan sangat pagi sebelum matahari meninggi aku harus sampai di sekolah dengan tepat waktu karena setiap hari senin manis biasaya aku melakukan rutinitas upacara di sekolah, upacara bendera tentunya. tenang aku sudah mandi kok sejak pukul 05.00 tadi dan sudah sarapan jam 06.10 menit, namun ketika kedua kakiku sudah mengenakan sepatu hitam kesayangan dan tas sekolah, seketika aku bingung melihat ke kanan dan ke kiri sekeliling rumah, dimana ibuku?  biasanya beliau selalu mengantarku berangkat ke sekolah, iya hanya Ibu yag selalu mengantarku karena Ayahku telah tiada dan pergi ke surga sejak aku masih duduk di bangku SD.

 “ibu..” berulang kali aku mencarinya dan menyebut nama ibu-ibu namun hasilnya nihil tetap saja ibu tidak ada.

Ibu jangan main petak umpet ya, Nur sudah hampir telat bu.. namun tetap saja ibu tak menampakkan wajah sumringahnya, biasanya ibu selalu datang dan tidak pernah mengusiliku se-parah ini, ahh mungkin ibu pergi ke warung (dalam benakku) aku menunggu di depan teras rumah dengan bernyanyi ria tanpa beban. 

"Uhukkkkk" duh kok batuk ya, dadaku sakit Bu… ibu dimana ya, sudah setengah jam aku menunggu ibu di sini,

Pagi yang cerah dengan iringan indahnya sinar mentari seketika berubah beribu ketakutan dan khawatir akan ratusan pertanyaan “dimana ibu?”. Ibu yang biasanya selalu ada di pagi sebelum aku berangkat sekolah sekarang dimana ibu. 

Tok tok tok ..

Pukul menunjukkan 06.49. Tiba-tiba datang bapak-bapak yang berkumis tebal dan berbadan besar menuju kearahku dan dengan sigapnya bak tentara yang sedang latihan baris berbaris aku berdiri dengan perasaan campur aduk antara takut dan bingung, pertanyaan baru muncul apa yang membuat bapak itu berlari dan terngah-ngah (bapak itu pamanku) "dik aid" dengan terbata-bata dengan raut wajah memerah paman mencoba menjelaskan sesuatu yang seakan membuatku menarik nafas panjang dan meredam kebingungan dengan segala fikiran tenang meskipun semua ini membuat diriku semakin keresahan.  Ada apa paman? Sini saya antar ke sekolah, sekarang tinggal beberapa menit lagi kamu akan terlambat masuk sekolah, tidak apa ikut tidak upacara namun cepat masuk !! (Perintah paman) 

Ta-tapi paman aku masih menunggu ibu, aku belum mencium tangannya dan mengucapkan salam?? 

ibumu menyuruhku untuk segera mengantarmu sekolah agar dirimu tidak terlambat masuk dan tidak tertinggal pelajaran. Ibumu berharap semoga cita-citamu tercapai maka Ibu tidak menginginkan kamu terlambat meskipun dalam satu hari,  nanti ibumu akan pulang Sekarang dia sedang berada di tempat yang aman, di tempat yang aman maksudnya?? Sudahlah nanti saja setelah pulang sekolah sekarang Kamu berangkatlah Naik motor bersama paman!! Iya paman”. Sebenarnya ketika kaki ini melangkah dan menaiki motor buntut milik paman satu hal yang ku fikirkan dan kuingin tanyakan, kemana Ibu? kemana  dan mengapa Ibu menyuruh paman untuk mengantarku? Mengapa tidak ibu yang mengatarku

Karena hari ini merupakan hari Senin maka aku pulang pukul 04.00 sore namun selama pelajaran aku tak bisa menulis akan mendengarkan secara baik apa yang di sekolah, aku hanya berpikir tentang ibu.

Waktu sudah menunjukkan 03:57 kakiku melangkah tergesa menuju ke gerbang berharap Ibu telah di depan menungguku dan berharap setelah bertemu, ibu akan menanyakan apa saja yang kulakukan hari ini serta mengharapkan Ibu nanya kan PR apa saja yang dapat hari ini, Apakah kamu hari ini menangis Tantangan apa saja yang kamu alami pada hari ini ? kata-kata itu selalu terucap dari patah demi patah kata-kata yang selalu muncul dari bibir manis ibu.

Jantung terasa berdebar jika tak bertemu denganmu dalam jangka waktu sehari membuatku rindu bagaikan 1000 hari bu, aku benar-benar ingin bertemu dengan kakiku sigap melangkah menuju Gerbang namun ??? Kenapa harus Paman lagi menjemputku? di mana Ibu seketika itu paman menunduk. Kenapa paman? Dimana ibu tanyaku,  tidak apa-apa.  Ayo dik sekarang naik ke motor kita segera pulang, "Ibu di mana paman ??" nanti kamu akan bertemu dengannya, semakin lama semakin aneh tentang sikap paman, okelah untuk kali ini aku akan selalu mengikuti segala perintah dari paman, setelah aku menaiki motor dan setibanya melihat di depan rumah terdapat sesuatu yang berbeda, ahh mungkin hanya perasaanku saja, rumahku tetap saja memiliki dua cendela dan pintu masuk, setelah kaki ini melangkah dan melangkah, di depan pintu kucoba dengan pelan membuka dan mengucapkan salam harapanku ibu menjawab salamku.

Assalamualaikum wr wb Bu ..

dorrrr, (kaget serta bagai dibom perasaanku)  happy birthday to you anakku sayang, Selamat ulang tahun aidin Astaga sekarang ulang tahunku, nyatanya dari awal ibu telah merencanakannya dari pagi tidak mengantarku biarkan kutelat dan yang sebagainya ternyata pengingat hari yang paling bahagia dalam hidupku terima kasih Ibu adalah malaikat penolong ku malaikat yang selalu ada untukku.

Terima kasih Ibu...

Untuk penjagaanmu kepadaku saat aku berada di kandunganmu

Untuk semua perhatian yang ada di masa perkembanganku hingga saat ini

Untuk semua kesabaranmu dalam menghadapi tutur kata dan sikapku,

Untuk selalu setia menjadi tempat keluh kesahku,

Untuk selalu peduli dengan kesehatanku,

Untuk selalu menyebut namaku dalam setiap doamu.

Ibuku, engkaulah surgaku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar